A.Sejarah Penyakit Kusta
Penyakit ini telah dikenal hampir 2000 tahun Sebelum Masehi. Hal ini dapat diketahui dari peninggalan sejarah Mesir. Di India istilah Kusta dikenal dari kitab Weda tahun 600 SM dan diCina tahun 400 SM (Dirjen P2M & PPL, Swara Net.Com,20/1/2005).
Di Eropa pada abad ke-12, penyakit ini mencapai puncak dan menurun jumlahnya pada abad ke-13. pada abad ke 19 penyakit ini menghilang di Eropa kecuali Portugal dan Spanyol. Di Amerika, banyak terdapat diAmerika Latin dan masih masalah besar seperti di Meksiko, Argentina, Brasil dan Kolombia yang kemungkinan dibawah oleh migran dari Eropa, Afrika Barat dan Cina.
Di Indonesia, pada awal abad ke-20 dibangun Rumah Sakit Kusta dan Leprosarium di Ambon, Jawa, Sumatra Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara oleh Pemerintahan Jajahan Belanda.
Kuman Kusta ditemukan oleh G.H. Hansen pada tahun 1873 di Norwegia. Sehingga penyakit ini disebut “Morbus Hansen”. Mulailah era perkembangan baru untuk mencari obat anti Kusta dan usaha penanggulangannya. Obat pertama yang ditemukan adalah minyak chaulogra sekitar tahun 1905 dan obat DDS (Diamino Diphenil Sulfon) yang dipakai saat ini baru ditemukan kurang lebih tahun 1941. (Dep.Kes. 1998).
Pada zaman dahulu, ketika pengobatan Kusta tidak ada maka banyak penderitanya yang dibakar hidup – hidup, ditembak atau ditenggelamkan. Masyarakat sangat takut terhadap penyakit Kusta karena penderita Kusta tampa pengobatan akan mengakibatkan cacat yang mengerikan (Dirjen P2M & PPL, Swara Net.Com,20/1/2004).
Pada tahun 1928, Dr. J.B. Sitamala ditunjuk oleh pemerintah waktu itu untuk menangani penyakit ini dan telah melaksanakan isolasi dalam rumah dan tidak diasingkan sehingga penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit (Dep.Kes. 1998).
B.Pengertian Penyakit Kusta
Kusta adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. (Anonymous, 1986).
- Etiologi
Penyakit Kusta disebabkan oleh Mycobacterium Leprae yang merupakan bakteri tahan asam, berbentuk batang yang sedikit lurus atau sedikit melengkung dengan ukuran panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2 – 0,5 mikron. Ujung – ujungnya biasanya bundar/tumpul kadang-kadang bercabang atau beruas. (Harahap, 1990).
Kusta adalah penyakit kulit dengan perkembangan yang sangat lambat. Masa inkubasinya belum diketahui dengan pasti, diperkirakan 2-5 tahun (Dep.Kes, 1987) dan adapula yang mengatakan antara 40 hari – 40 tahun. (Djuanda, 1987).
- Patogenesis
Setelah Mycobacterium Leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit Kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respon tubuh setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat system imunitas seluler pasien. Kalau sistem imunitas seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang kearah lepromatosa. Mycobacterium Leprae berpredileksi didaeah – daerah yang relatif lebih dingin yaitu akral dengan vaskularitas yang sedikit. Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena respon imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan tingkat reaksi seluler daripada intensitas infeksi. Oleh karena itu, penyakit kusta dapat disebut penyakit imunologik. (Mansjoer, 2000).
- Klasifikasi
Tujuan klasifikasi meliputi 2 macam, yaitu:
1. Untuk merencanakan operasional.
2. Untuk meramalkan penyakit dan kecacatan.
Klasifikasi penyakit kusta dapat dilakukan berdasarkan beberapa prinsip utama :
a. Klasifikasi menurut Madrid (1953)
1. Kusta indeterminate (1), yaitu bentuk bercak yang sederhana.
2. Kusta Tuberculoid (T) adalah bentuk yang ringan, kelainan terutama mengenai syaraf, tidak mengandung basil.
3. Kusta Lepromatous (L) adalah bentuk ganas dan luas, kelainan terutama pada kulit, mengandung banyak sekali basil.
4. Kusta Borderline (B) adalah bentuk antara dari bentuk Lepromateus dan Tuberculoid.
b. Klasifikasi menurut Ridley dan Jopling (1966)
1) Indeterminate (I)
2) Tuberculoid (TT)
3) Borderline – Turbeculoid (BT)
4) Borderline (BB)
5) Borderline Lepromatous (BL)
6) Lepromatous (LL)
c. Klasifikasi penyakit kusta menurut WHO (1955), yaitu :
1. Tipe Pausi Basiler (PB) :
- Sedikit mengandung kuman-kuman kusta, tidak menular walaupun kemungkinan masih ada
- Lesi kulit 1 – 5
- Distribusi tidak simetris
- Kerusakan syaraf hanya satu cabang syaraf.
2. Tipe Multi Basiler (MB) :
a. Banyak kuman-kuman kusta didalam tubuh dan merupakan bentuk yang menular.
b. Lesi kulit > 5
c. Distribusi lebih simetris
d. Kerusakan syaraf banyak cabang syaraf. (Dirjen P2M & PL, 2002).
B. Epidemologi Penyakit Kusta
1. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit kusta adalah kuman yang ditemukan oleh Dr. Armour Hansen pada Tahun 1873 di Bergen, Norwegia. Kuman ini kemudian di beri nama Mycobacterium Leprae dengan cirri-ciri sebagai berikut.
- Berbentuk batang
- Berukuran panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron.
- Tahan asan
- Berkelompok tetapi ada pula yang menyebar.
3. Sumber penularan
Pada awal manusia dianggap satu-satuya host dan sumber penularan tetapiakhir-akhir ini ditemuakan juga pada Armadillos (1970) dan juga pada kera (Mangabay Chipanzes) yang di impor oleh Amerika Serikat dari Afrika Barat (Hendro Sastrowidjoyo). Walaupun demikian bahwa manusia merupakan sumber utama penularan dengan tipe Lepromatus memegang peranan terpenting, kemudian juga tipe tuberculoid yang sedang mengalami reaksi.
4. Cara Penularan
Cara penularan penyakit kusta secara pasti belum diketahui, tetapi menurut sebagian besar para ahli penularannya melalui udara yang mengandung kuman leprae yang dihirup oleh manusia atau bersentuhan langsung dengan luka penderita kusta tipe basah dengan masa ingkubasi 2-5 Tahun. (Dirjen P2M & PPL.Swara Net.Com,20/1/2004).
Kuman mencapai permukaan kulit melalui folikel rambut, kelenjar keringat dan diduga juga melalui ASI. Tempat implantasi tidak selalu menjadi tempat lesi pertama. Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidak mudah sehingga tidak perlu ditakuti. Hal ini tergantung pada beberapa faktor antara lain : sumber penularan, kuman kusta, daya tahan tubuh, sosial ekonomi dan iklim. (Mansjoer, 2000).
Adapun beberapa factor yang mempengaruhi penularan antara lain sebagai berikut:
- Faktor penderita
Penderita tipe Lepromatus yang tidak diobati merupakan penularan yang penting.
- Faktor kuman kusta
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman-kuman kusta yang masih utuh (Solid) bentuknya, lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan dari pada kuman yang tidak utuh lagi. Lamanya kuman kusta di luar badan manusia memegang peranan pula dalam hal penularan yaitu bila kuman keluar dari badan penderita maka kuman dapat bertahan 1-2 Hari dan ada pula yng berpendapat 1-7 Hari hal ini tergantung dari suhu atau cuaca di luar karena makin panas suhu di luar makin cepat kuman kusta akan mati.
- Faktor daya tahan tubuh Orang lain
Tubuh manusia dan kerentangan tersendiri yaitu ada yang mempunyai kerentangan tinggi atau daya tahan tubuh yang rendah sehinggah sesudah kemasukan kuman kusta dapat timbul gejala penyakit kusta pada kulit dan syaraf tepi.
- Keadaan lingkungan hidup
Keadaan rumah yang berjejal yang biasanya berkaitan dengan kemiskina,merupakan factor penyebab tingginya angka kusta. Sebaliknya dengan meningkatnya taraf hidup dan perbaikan sanitasta merupakan factor utama menghilangnya kusta di Eropa. Insidensi tertinggi pada daerah tropis dan sub tropis yang panas dan lembab. Insidensi penyakit kusta di Indonesia (Maret 1999) sebesar 1.01 per 10.000 penduduk.
- Faktor Imunitas
Sebagian besar manusia mempunyai kekebalan alamia terhadap kusta dimana 90 % orang dewasa menunjukkan lepromin positif dan faktor ini sangat berpengaruh pada tipe kusta yang mungkin timbul.
- Faktor Umur
Penyakit kusta dapat mengenai semua umur dan lebih banyakdidapat setelah pubertas, mengingat masa ingkubasi penyakit ini yang dari beberapa tahun hingga berpuluh-puluh tahun lamanya, Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi. Kusta dapat menyerang semua umur, anak – anak lebih rentan daripada orang dewasa. Frekuensi tertinggi pada kelompok dewasa adalah usia 25 – 35 tahun sedangkan pada kelompok anak adalah pada usia 10-12 tahun. (Mansjoer, 2000).
- Jenis Kelamin
Insiden maupun prevalensi pada laki-laki lebih banyak pada wanita kecuali di Afrika dimana lebih banyak dari pada laki-laki, factor fisiologik seperti, pubertas, menopause, kehamilan serta faktor infeksi dan malnutrisi dapat meningkat perubahan klinis penyakit kusta.
- Diagnosis
Untuk menetapkan disgnosa penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda pokok atau “cardinal sign” pada badan, yaitu :
a. Berkurangnya pigmentasi pada kulit (Bercak keputihan)
b. Berkurangnya perasaan (hypaesthesi) atau hilangnya perasaan (Anaezthesi) pada bercak keputihan.
c. Penebalan syaraf tepi.
d. Pembengkakan kulit dengan warna kemerah-merahan (Infiltrasi) setempat atau tersebar.
e. Bintik-bintik kemerahan yang disebagian badan atau tersebar merata.
f. Adanya kuman tahan asam di dalam korekan jaringan kulit (BTA positif).
Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta bila mana terdapat sekurang-kurangnya 2 dari tanda-tanda tersebut atau bila terdapat BTA (+) diambil dari bagian kulit yang dicurigai. Apabila hanya satu yang ditemukan tanda-tanda mka dianggap sebagai (Sustek) dan diperiksa ulang setiap 3 (tiga) bulan sampai:
1). Tanda-tanda tersebnut menghilang atau:
2). Diagnosa penyakit kusta menjadi tegas atau,
3). Dinyatakan penyakit lain.
0 komentar:
Posting Komentar