About

Semoga Bermanfaat



Pembangunan saat ini diprioritaskan dimulai dari pedesaan sampai ke tingkat atas. Tak heran dalam era Presiden baru ini banyak dana yang dikucurkan untuk pembangunan desa baik dari sisi fisik/infrastruktur (jembatan, jalan dan lain sebagainya) serta sisi non fisik (pemberdayaan manusia). Besarnya dukungan dana berpotensi besar untuk eskalasi pembangunan di desa. Namun, potensi yang besar itu bukan menjadi jaminan kesejahteraan masyarakat.
Mengapa? Mari kita elaborasi potensi dana apa saja yang ada di pemerintah desa. Pertama, Dana Desa yang bersumber dari APBN. Kedua, Anggaran Dana Desa bersumber dari Pemerintah Kabupaten/Kota. Ketiga, Penghasilan asli desa yang murni penghasilan lokal desa serta sumber pendanaan lainnya. Walaupun saat ini banyak dana dengan nominal cukup besar hingga mencapai 1 miliar lebih yang dimiliki oleh satu pemerintah desa, tetapi tidak sedikit Pemerintah desa yang justru mengfokuskan pada pembangunan fisik saja. Memang pembangunan fisik atau infrastruktur itu perlu, tetapi jangan melupakan sisi yang paling vital untuk masyarakat yaitu sisi pemberdayaan masyarakat.

Posyandu sebagai Garda terdepan bina kualitas manusia
Salah satu pemberdayaan masyarakat yang cukup familiar kita dengar yaitu pos pelayanan terpadu atau Posyandu. Ulasan singkat, posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dimana dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dengan tujuan untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Apakah Posyandu ini berjalan dengan baik? Jawabannya tidak juga. Ide ini telah lama dicanangkan sebelumnya dan berjalan hingga saat. Akan tetapi krisi multi dimensi yang menimpa bangsa Indonesia sejak tahun 1997 menyebabkan performa posyandu menurun. Kondisi Posyandu yang memprihatikan inilah yang menjadi tantangan bagi bangsa ini.
Kembali pada fungsi posyandu, di wadah inilah makna “Garda” terdepan ada karena di Posyandu dilakukan upaya berupa pemantauan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu menyusu dan ibu nifas. Misalnya, posyandu melakukan pembinaan kepada ibu-ibu usia subur yang akan melahirkan generasi bangsa. Agar nantinya ibu-ibu benar-benar memperhatikan kecukupan nutrisi buat anak sejak dalam kandungan hingga dua tahun setelah dilahirkan (periode emas). Kualitas manusia ditentukan disini.
Permasalah terkait itu yang menjadi tantangan besar bangsa Indonesia yaitu tingginya angka stunting atau pertumbuhan anak lambat diusianya. Satu dari tiga anak Indonesia mengalami stunting/pendek. Hal ini berawal karena asupan gizi pada saat masih janin hingga anak berusia 2 tahun. Jika anak mendapat kurang asupan gizi pada periode emas ini maka pertumbuhan dan kualitas mereka di masa mendapat sulit diandalkan. Ujung-ujungnya adalah ketimpangan sosial.
Menguktip pidato Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan Republik Indonesia) bahwa cita-cita bangsa Indonesia yaitu dimanapun anak lahir mereka harus mendapatkan akses kesehatan, pendidikan yang layak sehingga mereka tumbuh dan berkembang dengan baik. Kedepannya mereka bisa berkontribusi pada bangsa dan berdaya saing di kancah internasional.
Sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas, merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Wadah yang paling tepat untuk menjawab ini yaitu melalui pembinaan Posyandu. Yah, posyandu “Garda” terdepan untuk menentukan kualitas suatu bangsa.

Posyandu tugas Siapa?
Salah satu arah kebijakan dan strategi pembangunan Indonesia yaitu meningkatkan upaya keberlanjutan pembangunan sosial salah satunya melalui strategi peningkatan keterjangkauan layanan dan akses pendidikan, kesehatan, perumahan, pelayanan air bersih dan sanitasi masyarakat. Posyandu merupakan layanan kesehatan yang cukup vital di masyarakat. Sudah seharusnya posyandu mendapat perhatian. Lantas sering di lapangan terjadi masalah “lempar tanggung jawab” siapa yang bertanggungjawab atas Posyandu. Kesehatan? Pemerintah Desa? Banyak yang salah persepsi disini dan  perlu diluruskan.
Permasalahan yang timbul karena kondisi ini yaitu kader tidak mendapat perhatian lebih dari segi apresiasi jasa mereka. Mereka memang bekerja SUKARELA tetapi sangat perlu mendapat perhatian dengan intensif tiap bulan. Hasil wawancara dengan salah satu kader posyandu di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan bahwa mereka akan merasa senang jika mendapat perhatian tiap bulannya misalnya dengan insentif kader paling tidak 10 ribu tiap bulan mereka sudah merasa senang. Terlebih lagi mereka dituntut untuk menyelenggarakan posyandu dan melakukan penyuluhan di masyarakat tentu sepantasnyalah  untuk diperhatikan. Karena merekalah yang menjadi ujung tombak meningkatkan kualitas kesehatan di masyarakat.
Masalah lainnya yang muncul yaitu tatakelola posyandu yang menjadi terbengkalai. Sarana dan prasarana kurang memadai. Pemberian makanan tambahan pun sebagai upaya perbaikan gizi balita juga kurang optimal. Berbagai masalah ini timbul karena kurangnya rasa kepemilikan dan perhatian pihak Pemerintah Desa terhadap kesehatan dan kualitas manusia. Sebagai referensi, jumlah alokasi dana oleh pemerintah Desa yang dihimpun penulis untuk pemberian makanan tambahan dan untuk kesejahteraan kader hanya 1,5 juta rupiah. Apakah itu cukup? Tentu sangat jauh dari cukup.
Posyandu dibawahi langsung oleh Pemerintah Desa melalui tim penggerak PKK Desa. Puskesmas juga turut andil dalam pembinaan posyandu tersebut. Jika memang posyandu adalah tanggung jawab desa seharusnya pemerintah desa menaruh perhatian lebih untuk posyandu ini, karena posyandu mengurusi dan peduli kualitas generasi desa mendatang.
Di sisi lain, APBDes sudah cukup banyak melebihi Rp 1 miliyar bahkan kedepan dana ini akan terus bertambah demi pembangunan desa. Lagi-lagi permasalahannya adalah kepedulian pemerintah desa terhadap kesehatan masih banyak yang kurang, lalu regulasi dan birokrasi yang menuntut pemerintah desa untuk melakukan pembangunan fisik juga menghambat alokasi dana ke bidang kesehatan. Lantas bagaimana nasib pemberdayaan manusia yang berdampak pada kualitas manusia. Infrastruktur jalan dan jembatan memang penting, tetapi beberapa tahun kemudian kan rusak. Kalau kualitas manusia tidak diperhatikan akan berdampak seumur hidup bahkan sampai ke generasi berikutnya.
Amanah lagu Indonesia raya bisa memberikan angin segar demi pembangunan yang pro dengan kualitas manusia: “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”. Jiwa/kualitas generasi bangsa perlu dibina terlebih dahulu sambil membenahi infrastruktur.
Hal yang perlu dilakukan adalah membangkitkan komitmen pemerintah mulai dari Pusat sampai ke tingkat Desa khususnya bahwa pembangunan kualitas manusia itu sangat perlu. Regulasi terkait pengalokasian dana di Pemerintah Desa juga perlu direvisi agar alokasi untuk Posyandu atau kesehatan untuk masyarakat desa dioptimalkan. Perlu adanya pendampingan dan pengawasan yang lebih baik dan ketat terkait alokasi dana di desa untuk posyandu pada khususnya dan kesehatan pada umumnya bisa berhasil guna dan berdaya guna. Mari peduli generasi penerus dengan optimalkan Posyandu!!!

Referensi:

Pidato Ibu Sri Mulyani --> Youtube https://www.youtube.com/watch?v=Lm5WMvBtRis
Hasil Observasi.



0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comments