![]() |
Sumber: http://18bravobeast.blogspot.com |
1.
Pemimpin yang
otokratis
Kepala Puskesmas yang tipe ini
lebih dominan dalam setiap pengambilan keputusan. Kekuasaan pada tipe pemimpin
seperti ini berpusat pada Kapus itu sendiri. Kepemimpinan tipe ini cenderung
kurang mempertimbangkan masukan, ide-ide, pendapat dari pegawai puskesmas dan komunikasi
pun cenderung satu arah yaitu Kapus ke pegawai. Kepala Puskesmas cenderung
tidak mau menerima kritik dan saran dari pegawai puskesmas. Pegawai Puskesmas
hanya melaksanakan tugas yang diberikan dan kurang mengembangkan ide-ide
program. Perlu menjadi catatan, tipe ini bisa menghasilkan kurang kepercayaan
dari bawahan kepada kepala Puskesmas.
2.
Pemimpin yang
birokratis
Puskesmas memiliki banyak
peraturan dan prosedur yang harus dipatuhi. Jelas, karena saat ini setiap
tindakan/kegiatan harus memiliki SOP. Tipe kapus ini, berupaya agar setiap
kegiatan di Puskesmas dilaksanakan sesuai dengan alur prosedur yang telah
ditetapkan. Ini sangat bagus bukan. Konflik antara kepala Puskesmas dan pegawai
pun terhindarkan. Namun, kekurangannya yaitu sedikit ruang bagi para pegawai untuk
melakukan kreatifitas dan inovasi karena semuanya sudah diatur dengan alur
prosedur yang ada.
3.
Pemimpin yang
Demokratis
Kepemimpinan tipe ini sangat
memungkinkan ide-ide dari pegawai berkembang. Kapus memberikan ruang gerak bagi
para bawahan untuk dapat berpartisipasi dalam pembuatan keputusan. Hubungan
saling percaya baik atasan maupun pegawai tercipta dengan baik. Ada budaya
kerja sama (teamwork) untuk
menyelesaikan pekerjaan diantara pegawai. Kapus sangat menerima pendapat
pegawai lainnya.
4.
Pemimpin yang
delegatif/Laisser Faire
Kapus memberikan kebebasan atau
keleluasaan lebih besar kepada pegawai untuk melakukan kegiatan masing-masing.
Keputusan sering dibuat oleh siapa saja sehingga kerja sama tim pada umumnya
menjadi rendah. Kepala Puskesmas tetap memberikan masukan dan saran bagi
pegawai, namun deadline dan cara kerja ditentukan oleh bawahan. Tipe ini akan
merugikan apabila pegawai belum cukup matang untuk melaksanakan tanggung jawab
dan tidak bisa diandalkan.
5.
Pemimpin yang
melayani (servant leadership)
Tipe pemimpin seperti ini
menempatkan pelayanan kepada orang lain, pegawai, pasien, dan juga masyarakat
sebagai prioritas nomor satu. Pimpinan menghormati orang lain dan menyadari
bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda. Kepercayaan antara atasan
dan pegawai akan tumbuh dengan kuat. Selain itu, pimpinan tipe ini juga
mementingkan kesuksesan dan kapasitas pegawainya.
Dewasa ini, tipe pemimpin yang melayani atau servant leadership
ini telah dikembangkan di berbagai perusahaan. Berikut ini adalah ciri-ciri
seorang pemimpin yang melayani yang bisa dimiliki oleh kepala Puskesmas
(diadopsi ciri-ciri servant leadership-menurut Greenleaf, Spears 2010):
1.
Listening
Kepala
Puskesmas harus mampu melakukan komunikasi dan mengambil keputusan. Itu saja
belum cukup, Kepala Puskesmas juga harus punya kemampuan mendengarkan secara
aktif terlebih lagi dalam menjalankan manajemen puskesmas, misalnya Kepala
Puskesmas harus mendengarkan ide-ide dari pegawai, masyarakat dan
stakeholder/lintas sektor saat perencanaan, monitoring maupun evaluasi.
2.
Empati
Pimpinan
harus mendengarkan dan peduli atas keluhan dan masalah yang muncul baik datang
dari pegawai maupun dari masyarakat. Pimpinan juga harus memahami keterbatasan
yang dimiliki oleh pegawai, dan mencari solusi untuk meningkatkan
kompetensinya. Dengan sifat ini, pimpinan akan mendapatkan dukungan yang penuh
dari pegawai dalam rangka menjalankan pelayanan di Puskesmas.
3.
Healing
Dalam
menjalankan pelayanan tentu tidak selalu mulus, ada saja kendala yang dihadapi.
Nah, pimpinan mampu memberikan semangat kembali serta energi positif baik bagi
dirinya dan juga pegawai lainnya.
4.
Awareness
Peduli,
memperhatikan kondisi lingkungan baik dalam gedung maupun luar gedung akan
memperkuat kondisi sikap pemimpin. Pimpinan akan menyadari apa saja
kejadian/perubahan yang muncul disekitarnya atau kebutuhan yang diperlukan di
Puskesmas.
5.
Persuasif
Dalam
mengambil keputusan, pimpinan menggunakan pendekatan persuasif ketimbang
pendekatan kekuasaan atau dengan otoritasnya. Nah, dengan pendekatan ini kepala
puskesmas akan mengfasilitasi pegawai lainnya untuk ikut terlibat dalam
pengambilan keputusan.
6.
Conceptualize
Sikap
ini harus melekat di pimpinan dalam hal ini kepala Puskesmas. Kapus harus memiliki
pola pikir konseptual, punya perencanaan yang matang. Kapus juga menanamkan
visi misi puskesmas yang dimiliki pada dirinya sendiri dan pegawai lainnya.
Pola pikir pimpinan harus menyeluruh tidak separuh-separuh dalam mengelola roda
organisasi puskesmas.
7.
Foresight
Kepala
puskesmas harus berpikir ke depan dengan belajar dari pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Sikap ini sangat membantu dalam mengambil keputusan di masa yang
akan datang.
8.
Stepwarship /
penata layanan
Pimpinan
memegang teguh amanah yang diberikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Pemimpin yang memiliki sikap ini dengan sungguh-sungguh menjalankan amanah yang
diberikan dan memastikan menjalankan roda organisasi puskesmas dengan baik,
program-program diimplementasikan dengan baik, dan memberikan nilai positif
pada pegawai dan juga masyarakat.
9.
Commitment to
growth of people
Pimpinan
yang baik adalah yang merangkul bawahannya dengan baik. Ia berkomitmen untuk
membangun tim dan mengembangkan sumber daya manusia. Kepala Puskesmas
mementingkan kompetensi pegawainya, ia berkomitmen agar pegawainya menjadi ahli
di bidangnya masing-masing dan memiliki skill serta pengetahuan tambahan.
10.
Building
community
Selain,
mampu membangun orang-orang yang terlibat dengannya, seorang pemimpin yang
melayani juga membangun komunitas yang ada di sekitarnya. Dimulai dari
membangun tim dan lintas sektor yang terlibat dalam pelaksanaan program untuk
bersinergi, saling bahu membahu menjalankan program untuk masyarakat. Pimpinan
harus meningkatkan koordinasi dan kepercayaan tim dan pihal linsek yang
terlibat sehingga terbentuk komunitas yang se-irama dan bersinergi dalam
menjalankan program.
Kepala puskesmas selalu dituntut menjadi “sempurna” di mata
pegawainya. Namun, apakah pegawai puskesmas pernah melakukan evaluasi diri sendiri
sejauh mana performa/kinerja yang sudah dicapai? Nah, ini ada 4 tipe pegawai
Puskesmas (diadopsi dari Hersey dan Blancard, 1979):
1.
Kurang
kemauan dan kurang kemampuan
Apakah
anda di tipe pertama? Tipe ini terlihat malas tau dengan urusan kantor, kurang
inisiatif untuk bekerja dan juga menyelesaikan tugas dengan tidak bersemangat.
Jika anda merasa berada di tipe ini, maka segeralah mencari penanganannya. Anda
perlu memotivasi diri anda sendiri. Anda tidak lupa selalu mengisi diri dengan
ilmu-ilmu yang bisa menunjang kerjaan anda di Puskesmas. Jangan malu untuk
bertanya hal ini itu kepada orang lain, toh tujuannya untuk masyarakat umum.
Kepegawaian harus melihat pegawai tipe ini, agar dicari solusinya bagaimana
untuk meningkatkan kompetensi pegawai ini.
2.
Tinggi
kemauan tetapi kurang kemampuan
Pegawai
di tipe ini sangat berinisiatif untuk memulai, dan biasanya banyak
inovasi-inovasi yang keluar. Namun, sering minder dengan diri sendiri karena
merasa kurang kemampuan atau pengetahuan. Nah, anda sudah memiliki modal yang
baik dengan kemauan yang tinggi. Persoalan kemampuan bisa dimulai dengan
belajar kembali dan terus berkarya sehingga menambah pengalaman-pengalaman anda.
Jangan malu untuk berdiskusi dengan pegawai lainnya untuk menambah kemampuan
anda. Kepegawaian harus melihat pegawai tipe ini, agar dicari solusinya
bagaimana untuk meningkatkan kompetensi pegawai ini.
3.
Kurang
kemauan namun tinggi kemampuan
Tipe
ini agak susah, disatu sisi memiliki kemampuan dan kompetensi yang mumpuni,
namun kemauan untuk bekerja itu kurang. Biasanya ini disebabkan beberapa faktor
bisa saja miss-komunikasi dengan pegawai lainnya, atau merasa kurang nyaman
dengan orang-orang tertentu, atau merasa sudah melakukan kinerja yang baik
namun tidak pernah dihargai atasan, atau bisa jadi gaya kepemimpinan kepala
Puskesmas tidak sesuai yang diharapkan dan lain sebagainya. Dalam
penyelenggaraan Puskesmas memang harus ada akuntabilitas, ada koordinasi dan
komunikasi, ada transparansi apalagi terkait KEUANGAN yang terbilang sensitif.
Intinya jangan ada DUSTA diantara “KITA” agar semua pegawai saling support
dalam bekerja, kemauan pun secara perlahan akan tumbuh.
4.
Tinggi
kemauan dan juga tinggi kemampuan
Tipe
ini adalah modal besar bagi penyelenggaraan Puskesmas. Pegawai memiliki kemauan
yang tinggi, dan di sisi lain memiliki kemampuan dan kompetensi yang luar
biasa. Kombinasi ini sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan di wilayah
kerja Puskesmas. Pencapaian target kinerja pun meningkat pada tipe pegawai
seperti ini. Nah, yang perlu dipertimbangkan adalah tidak semua pegawai
Puskesmas berada di tipe ke 4 ini, bisa jadi dalam satu puskesmas terdapat tipe
1-4. Menjadi “PR” bagi Kepegawaian Puskesmas menjawab “PR” ini. Untuk tipe 3
dan 4, yang memiliki kemampuan dan kompetensi cukup tinggi, butuh wadah untuk
transfer ilmu dengan pegawai lainnya. Jangan lupa prinsip “saling mengisi”.
Nah
yang sudah lebih paham bisa transfer ilmu dengan yang lainnya agar kemampuan
itu merata di Puskesmas. Misalnya, mengoperasikan komputer, bisa dibuatkan
jadwal secara rutin untuk transfer ilmu ke yang belum lancar mengoperasikan
komputer. Pegawai puskesmas harus saling mendukung dan menginspirasi satu sama
lain. Jangan ada sekat, jangan ada dusta. Berbesar hatilah menerima pendapat
orang lain, dan saling mendukung dengan kesepatan yang telah dibuat bersama.
Sumber:
Larry C. Spears, 2010. Character and Servant Leadership: Ten
Characteristics of Effective, Caring Leaders
Lisa, Rezac, 2013. Different leaderhsip styles: What suits your workplace?
A summery: Situational Leadership of Hersey and Blanchard, 2014 on
com-peds-pulmonary.sites.medinfo.ufl.edu
10 Model Kepemimpinan Servant Leadership dan Implementasinya dalam Model
Kepemimpinan Proyek. 2016. on manajemen-proyek-ti.com
Tulisan ini telah di Publish di kesmas-id.com
0 komentar:
Posting Komentar