Sebuah penyakit menular seksual (PMS), juga dikenal sebagai infeksi menular seksual (IMS), atau penyakit kelamin (VD), adalah penyakit yang memiliki probabilitas signifikan penularan antara manusia dengan perilaku manusia, termasuk hubungan seks vaginal , oral seks , dan seks anal . While in the past, these illnesses have mostly been referred to as STDs or VD, in recent years the term sexually transmitted infections ( STIs ) has been preferred, as it has a broader range of meaning; a person may be infected , and may potentially infect others, without showing signs of disease . Sementara di masa lalu, penyakit ini sebagian besar telah disebut sebagai STD atau VD, dalam beberapa tahun terakhir istilah infeksi menular seksual (IMS) telah disukai, karena memiliki makna yang lebih luas, seseorang mungkin terinfeksi, dan mungkin berpotensi menulari orang lain, tanpa menunjukkan tanda-tanda penyakit. Some STIs can also be transmitted via the use of after its use by an infected person, as well as through or . Beberapa PMS juga dapat ditularkan melalui penggunaan narkoba IV jarum setelah digunakan oleh orang yang terinfeksi, serta melalui melahirkan atau menyusui . Sexually transmitted infections have been well known for hundreds of years. infeksi menular seksual telah dikenal selama ratusan tahun.
Berikut ini ada beberapa jenis penyakit PMS:
1. Kencing nanah atau gonore
a. Pengertian
(bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).
Gonore sering disebut “clap” atau “drip” yang disebabkan oleh bakteri gonokokus yang diisolasi dan ditemukan tahun 1879 diberi nama ‘Neisseria gonorrhoeae’ oleh Albert.L.S.Neisser.
Gonore (GO) – kadang juga disebut kencing nanah – tergolong dalam Infeksi / penyakit menular seksual (IMS) yaitu bisa menular melalui hubungan seksual (vaginal, anal, oral).
b. Etiologi
Bakteri ini hidup pada lingkungan yang hangat dan lembab seperti pada selaput lendir saluran kencing pria dan wanita atau pada leher rahim wanita. Di luar tubuh bakteri ini cepat mati.bakteri ini pindah melalui kegiatan seksual per vaginal,oral, maupun anal. Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
Penyakit Menular Seksual ini disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).Gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan terhadap kelembaban,yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer.
Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37° dan pH 7,2-7,6 untuk pertumbuhan yang optimal.
c. Gejala
Pada pria, gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra dan beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih serta keluarnya nanah dari penis. Sedangkan pada wanita, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit tersebut hanya setelah pasangan hubungan seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina, dan demam. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus (anal sex) dapat menderita gonore pada rektumnya. Penderita akan merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, serta tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.
Hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore biasanya akan menyebabkan gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Umumnya infeksi tersebut tidak menimbulkan gejala, namun kadang-kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan untuk menelan.
Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata, maka bisa menyebabkan terjadinya infeksi mata luar (konjungtivitis gonore). Bayi yang baru lahir juga bisa terinfeksi gonore dari ibunya selama proses persalinan sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah. Jika infeksi itu tidak diobati, maka akan menimbulkan kebutaan.
d. Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis penyakit gonore didasarkan pada hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah untuk menemukan bakteri penyebab gonore.
Gonore biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama satu minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah atau infus).
2. Spilis
a. Pengetian
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema pallidum. Syphilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum,berasal dari bahasa Yunani dan Latin bermakna’suatu benang pucat yang terpelintir’.
b. Cara Penularan
Penularannya biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus).
c. Gejala dan tanda
1. Tanda yang pertama biasanya luka atau borok yang disebut ‘CHANCRE”. ditimbulkan 2-5 minggu setelah hubungan kelamin dengan seorang penderita syphilis, lukanya dapat terlihat seperti jerawat,lepuh atau borok yang terluka ,biasanya terdapat pada daerah kelamin laki-laki dan wanita. Borok ini penuh dengan kuman yang mudah ditularkan kepada orang lain. (Borok tersebut biasanya tidak nyeri dan jika terdapat di dalam vagina, mungkin si wanita tidak menyadari bahwa ia menderita syphilis tetapi dapat menginfeksi orang lain dengan mudah).
2. Luka borok hanya berlangsung beberapa hari dan kemudian hilang sendiri tanpa pengobatan, namun penyakit terus menyebar di seluruh tubuh.
3. Beberapa minggu atau bulan kemudian,dapat terjadi sakit leher, panas ringan, luka pada mulut atau pembengkakan sendi, mungkin muncul pada kulit.
4. Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal.
d. Pengobatan
Orang yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks yang mungkin terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui dokter secepat mungkin.
Syphilis umumnya dapat diperlakukan dengan antibiotik, termasuk penisilin. Salah satu yang paling tua dan yang paling efektif adalah metode suntikan intramuscular dari benzathine penisilin. Jika tidak cepat ditangani, sipilis dapat merusak jantung, aorta, otak, mata, dan tulang. Dalam beberapa kasus, efek ini bisa fatal.
Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Menurut statistik, perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien biasanya tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine diikutkan untuk mengurangi rasa sakit); dosis harus diberikan setengah di setiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan menyebabkan rasa sakit. Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki durasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa jenis sifilis kebal terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadi pada tahun 2004. Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharuskan memakan pil beberapa kali per hari.
3. Clamidia
a. Pengetian
Penyakit Klamidia tergolong dalam infeksi menular seksual (IMS) pada manusia yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Istilah infeksi Klamidia dapat juga merujuk kepada infeksi yang disebabkan oleh setiap jenis bakteri dari keluarga Chlamydiaceae. C. trachomatis hanya ditemukan pada manusia. dapat merusak alat reproduksi manusia dan penyakit mata. Penyakit ini adalah merupakan salah satu IMS yang paling umum di seluruh dunia – yang diperkirakan sekitar 2,3 juta orang di Amerika Serikat yang terinfeksi Klamidia.
b. Cara Penularan
C. trachomatis dapat ditemukan tinggal di dalam sel manusia. Klamidia dapat ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal, anal, atau oral, dan dan dapat mengakibatkan bayi tertular dari ibunya selama masa persalinan.
c. Tanda dan gejala
Pada pria, Chlamydia menunjukkan gejala infeksi uretritis (radang uretra) di sekitar 50% dari kasus. Gejala yang mungkin terjadi meliputi: nyeri atau rasa panas ketika buang air kecil, kotoran yang tidak biasa dari penis, testikel bengkak atau lembut, dan demam. Cairan yang keluar/menetes atau purulent exudate, umumnya kurang kental dan lebih ringan dalam warna dibanding pada kasus gonore. Jika tidak diobati, Chlamydia pada laki-laki mungkin akan menyebar ke testis menyebabkan epididimitis, yang dalam kasus yang jarang terjadi dapat menyebabkan kemandulan jika tidak dirawat dalam jangka waktu 6 sampai 8 minggu.
Pada wanita, klamidia dapat menyebabkan Penyakit Radang Panggul (PRP) yang berakibat wanita tersebut menjadi mandul (tidak dapat mempunyai anak). Chlamydia dikenal sebagai “Silent Epidemi” karena pada wanita, hal itu mungkin tidak menimbulkan gejala pada 75% kasus, dan dapat tidak terdeteksi selama berbulan-bulan atau tahunan sebelum ditemukan. Gejala yang mungkin terjadi termasuk: perdarahan yang tidak biasa atau cairan vagina, rasa sakit di perut, nyeri saat hubungan seksual (dispareunia), demam, nyeri buang air kecil dan dorongan untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya.
Mereka yang mengalami asimtomatik ini kira-kira setengahnya akan mengembangkan Penyakit Radang Panggul (PRP), istilah umum untuk infeksi rahim, saluran tuba, dan / atau ovarium. PRP dapat menyebabkan munculnya jaringan parut di dalam organ-organ reproduksi, yang kemudian dapat menimbulkan komplikasi serius, termasuk nyeri panggul kronis, kesulitan menjadi hamil, ektopik (tuba) kehamilan, dan komplikasi pada kehamilan lainnya yang berbahaya. Chlamydia menyebabkan 250.000 sampai 500.000 kasus PID setiap tahun di Amerika Serikat. Wanita yang terinfeksi dengan klamidia adalah hingga lima kali lebih mungkin terinfeksi HIV, jika terkena.
Konjungtivitis klamidia
Konjungtivitis klamidia atau trakoma pernah menjadi penyebab paling penting kebutaan di seluruh dunia, tetapi perannya berkurang dari 15% dari kasus kebutaan oleh trakoma pada tahun 1995 menjadi 3,6% pada tahun 2002. Infeksi dapat menyebar dari mata ke mata oleh jari, berbagi handuk atau kain, batuk dan bersin. Bayi yang baru lahir dapat juga mengembangkan infeksi mata Chlamydia melalui persalinan.
Kondisi Rheumatological
Klamidia juga dapat menyebabkan artritis reaktif – tiga serangkai artritis, konjungtivitis dan uretritis (radang uretra) – terutama pada anak laki-laki. Sekitar 15.000 orang mengembangkan artritis reaktif karena infeksi klamidia setiap tahun di Amerika Serikat, dan sekitar 5.000 secara permanen terpengaruh olehnya. Ini dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, walaupun lebih sering terjadi pada pria.
Infeksi Perinatal
Sebanyak separuh dari semua bayi yang lahir dari ibu dengan klamidia akan lahir dengan penyakit ini. Klamidia dapat mempengaruhi bayi dengan menyebabkan aborsi spontan, kelahiran prematur, konjungtivitis yang dapat menyebabkan kebutaan, dan pneumonia (radang paru-paru). Konjungtivitis karena Chlamydia biasanya terjadi satu minggu setelah kelahiran (bandingkan dengan menyebabkan kimia yang dalam hitungan jam atau gonore (2 sampai 5 hari)).
Kondisi lain
Chlamydia trachomatis juga merupakan penyebab lymphogranuloma venereum, infeksi kelenjar getah bening dan limfatik. Biasanya ditunjukkan dengan ulserasi genital dan pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan, tapi mungkin juga muncul sebagai proktitis (radang anus), demam atau pembengkakan kelenjar getah bening di wilayah lain dari tubuh.
d. Diagnosis
Bagi wanita aktif seksual yang tidak hamil, skrining dianjurkan pada mereka yang berusia di bawah 25 tahun dan wanita lainnya yang beresiko terinfeksi. Faktor risiko mencakup sejarah klamidia atau infeksi menular seksual lainnya, memiliki mitra seksual baru atau banyak mitra seksual, dan penggunaan kondom yang tidak konsisten. Para ahli masih belum menemukan kesepakatan universal apakah screening penting untuk laki-laki.
Diagnosis terhadap infeksi-infeksi klamidia genital berkembang pesat dari tahun 1990-an sampai 2006. Nucleic acid amplification tests (NAAT), seperti pada polymerase chain reaction (PCR), transcription mediated amplification (TMA), dan DNA strand displacement amplification (SDA) sekarang menjadi tes-tes andalan. NAAT untuk klamidia dapat dilakukan dengan mengambil sampel spesimen yang dikumpulkan dari leher rahim (perempuan) atau uretra (laki-laki).
e. Pengobatan
Infeksi C. trachomatis dapat disembuhkan dengan antibiotik secara efektif setelah terdeteksi. Centers for Disease Control (CDC – US) menyediakan pedoman untuk perawatan berikut:
1) Azitromisin 1 gram oral sebagai dosis tunggal, atau
2) Doxycycline 100 mg dua kali sehari selama tujuh hingga empat belas hari.
3) Tetrasiklin
4) Eritromisin
4. Herpes Genital
a. Pengertian
Saat ini dikenal dua macam herpes yakni herpes zoster dan herpes simpleks. Kedua herpes ini berasal dari virus yang berbeda. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster. Zoster tumbuh dalam bentuk ruam memanjang pada bagian tubuh kanan atau kiri saja. Jenis yang kedua adalah herpes simpleks, yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). HSV sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu HSV-1 yang umumnya menyerang bagian badan dari pinggang ke atas sampai di sekitar mulut (herpes simpleks labialis), dan HSV-2 yang menyerang bagian pinggang ke bawah. Sebagian besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, walaupun ada juga yang disebabkan oleh HSV-1 yang terjadi akibat adanya hubungan kelamin secara orogenital, atau yang dalam bahasa sehari-hari disebut dengan oral seks, serta penularan melalui tangan.
b. Perjalanan penyakit
Bila seseorang terkena HSV, maka infeksi yang terjadi dapat berupa episode I infeksi primer (pertama kali terjadi pada dirinya), episode I non primer, infeksi rekurens (ulangan), asimtomatik atau tidak ada infeksi sama sekali. Pada episode I infeksi primer, virus dari luar masuk ke dalam tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes tersebut dan mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten.
Pada episode I non infeksi primer, infeksi sudah lama berlangsung tetapi belum menimbulkan gejala klinis. Pada keadaan ini tubuh sudah membentuk antibody sehingga pada waktu terjadinya episode I ini kelainan yang terjadi tidak seberat episode I dengan infeksi primer.
Sedangkan infeksi rekurens terjadi apabila HSV yang sudah ada dalam tubuh seseorang aktif kembali dan menggandakan diri. Hal ini terjadi karena adanya factor pencetus, yaitu berupa trauma (luka), hubungan seksual yang berlebihan, demam, gangguan alat pencernaan, stress, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol serta obat-obatan yang menurunkan kekebalan tubuh seperti misalnya pada penderita kanker yang mengalami kemoterapi.
c. Gejala
Herpes genitalis primer memiliki masa inkubasi antara 3 - 7 hari. Gejala yang timbul dapat bersifat berat tetapi bisa juga tidak tampak, terutama apabila lukanya berada di daerah mulut rahim pada perempuan. Pada awalnya, gejala ini didahului oleh rasa terbakar beberapa jam sebelumnya pada daerah dimana akan terjadi luka. Setelah luka timbul, penderita akan merasakan gejala seperti tidak enak badan, demam, sakit kepala, kelelahan, serta nyeri otot. Luka yang terjadi berbentuk vesikel atau gelembung-gelembung. Kemudian kulit tampak kemerahan dan muncullah vesikel yang bergerombol dengan ukuran sama besar. Vesikel yang berisi cairan ini mudah pecah sehingga menimbulkan luka yang melebar. Bahkan ada kalanya kelenjar getah bening di sekitarnya membesar dan terasa nyeri bila diraba.
Pada pria gejala akan tampak lebih jelas karena tumbuh pada kulit bagian luar kelenjar penis, batang penis, buah zakar, atau daerah anus. Sebaliknya, pada wanita gejala itu sulit terdeteksi karena letaknya tersembunyi. Herpes genitalis pada wanita biasanya menyerang bagian labia majora, labia minora, klitoris, malah acap kali leher rahim (serviks) tanpa gejala klinis. Gejala itu sering disertai rasa nyeri pada saluran kencing.
d. Penularan dan Pencegahannya
Baik HSV-1 maupun HSV-2 menular melalui kontak kulit, ciuman, hubungan seks dan oral seks. Herpes paling mudah ditularkan pada masa terjadinya luka aktif. Akan tetapi virus juga dapat menyebar selama tidak ada gejala yang tampak, dan ditularkan dari daerah yang kelihatannya tidak aktif. Sebagian besar penularan herpes genitalis ini terjadi melalui kontak seksual. Sulitnya, kadang-kadang penderita tidak sadar bahwa ia sedang kambuh, sehingga dengan melakukan hubungan seks yang tidak terlindungi, ia menularkan virus ini ke pasangannya.
Memang akibat infeksi HSV-2 jarang sampai menimbulkan kematian pada orang dewasa. Namun herpes genitalis perlu penanganan serius, karena selain belum ada obat atau vaksin yang efektif, perkembangan akibatnya pun sulit diramalkan. Infeksi primer dini yang segera diobati besar kemungkinan akan dapat mencegah penyakit ini kambuh, sedangkan infeksi rekuren (ulangan) hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya.
Suami atau istri dengan pasangan yang pernah terinfeksi herpes genitalis perlu melakukan proteksi individual dengan cara menggunakan dua macam alat perintang, yaitu spermicidal foam (busa pembasmi sperma) dan kondom. Spermicidal foam mampu mematikan virus, sedangkan kondom berfungsi untuk menghambat atau mengurangi masuknya virus. Sementara itu si pengidap harus berusaha menyingkirkan faktor-faktor pencetus seperti yang sudah diungkapkan di atas.
Yang juga dikhawatirkan adalah penularan ibu yang mengidap HSV kepada bayi yang dikandung/dilahirkannya. Bila penularan (transmisi) terjadi pada trimester I kehamilan, hal itu cenderung mengakibatkan abortus. Sedangkan pada trimester II bisa terjadi kelahiran prematur. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita herpes genitalis dapat menderita kelainan yang sangat beragam, mulai dari hepatitis, ensefalitis bahkan bisa lahir dalam keadaan mati.
Selain pencegahan terhadap penularan serta menghindari faktor pencetus bagi penderita, yang perlu juga diperhatikan adalah kondisi kejiwaan bagi penderita herpes genitalis ini. Anggapan bahwa herpes adalah penyakit kotor, tidak dapat disembuhkan, menular dengan mudah, dll, membuat orang yang terkena herpes akan malu dan takut melakukan pemeriksaan dan berobat. Padahal apabila pengobatan dilakukan sedini mungkin, maka penyakit ini lebih bisa dikendalikan.
5. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)/Genital warts
a. Pengertian
Kondiloma akuminatum ialah vegetasi oleh human papiloma virus tipe tertentu, bertangkai, dan permukaannya berjonjot. Human papiloma virus (HPV) lebih dari 70 tipe. Beberapa tipe HPV tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan.
Kutil genitalis sering ditemukan dan menyebabkan kecemasan karena: - tidak enak dilihat, - bisa terinfeksi bakteri - bisa merupakan petunjuk adanya gangguan sistem kekebalan.
b. Penyebab
Virus papilloma.
Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil Pap-smear yang abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis,mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
c. Cara Penularan
Merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
d. Gejala Klinis
Masa inkubasi 1–8 bulan.
Virus masuk tubuh melalui kulit à pada daerah alat kelamin yang mudah mengalami trauma pada saat berhubungan seksual.
Kutil genitalis bentuk : bentuk akuminata (jengger), bentuk papul dan bentuk datar. paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat). Pada wanita, kutil timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur.
Kutil biasanya muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol (blumkol).
Pada wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan (penderita AIDS atau pengobatan dengan obat yang menekan sistem kekebalan) dan pada orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat.
e. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Kutil yang menetap bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa dibawah mikroskop untuk meyakinkan bahwa itu bukan merupakan suatu keganasan. Wanita yang memiliki kutil di leher rahimnya, harus menjalani pemeriksaan Pap-smear secara rutin.
f. Pengobatan
Kutil pada alat kelamin luar bisa diangkat melalui laser, krioterapi (pembekuan) atau pembedahan dengan bius lokal.
Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang dimurnikan atau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil. Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering gagal.
Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil. Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik.
Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan.
6. Ulkus Mole/ Chancroid
a. Pengertian
Chancroid (ulkus mole) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Gram-negatif streptobacillus Haemophilus ducreyi. Ini merupakan penyakit yang ditemukan terutama di negara-negara berkembang, yang terkait dengan pekerja seks komersial dan klien mereka. Penularannya melalui hubungan seksual.
Pria yang tidak disunat/khitan memiliki risiko tiga kali dibanding pria yang disunat untuk kemungkinan terkena penyakit ini. Mengidap Chancroid menjadi faktor risiko untuk tertular HIV karena Chancroid membuka jalan bagi masuknya HIV ke dalam tubuh (melalui iritasi pada kulit).
b. Gejala
Setelah masa inkubasi satu hari hingga dua minggu, chancroid menimbulkan benjolan kecil yang kemudian menjadi borok/lesi dalam satu hari.
Borok yang khas memiliki karakteristik:
· Rentang ukuran 3-50 mm
· Nyeri
· terlihat jelas tapi batasnya tidak jelas
· ditutupi oleh lapisan berwarna abu-abu atau abu kekuning-kuningan
· jika tutupnya dilukai atau dikikis misal dengan kuku maka akan keluar darah.
Sekitar setengah dari orang yang terinfeksi hanya memiliki satu borok. Perempuan sering memiliki empat atau lebih bisul/borok. Bisul yang muncul di lokasi tertentu, seperti pada kulit yang menutupi kepala penis (kulit yang biasanya dihilangkan pada saat khitan/sunat) atau di fourchette dan labia minora perempuan.
c. Pencegahan
Gunakan kondom dengan cara yang benar dan jika ada kulit yang menutupi kepala penis maka sebaiknya dihilangkan (disunat/khitan) untuk mengurangi resiko terjangkit. Lebih baik lagi untuk pencegahan, jangan berganti-ganti pasangan seks karena penyakit ini banyak terjadi pada praktek-praktek prostitusi.
d. Pengobatan
Pengobatan yang dianjurkan :
Eritromisin, Kotrimoksasol, Seftriakson, Azitromisin, Bila terapi berhasil, keluhan akan menghilang dalam waktu 3 hari dan ulkus akan membaik dalam waktu 7 hari.
7. HIV/AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyebabkan AIDS. Virus ini menyerang sel darah putih manusia yang merupakan bagian paling penting dalam system kekebalan tubuh. AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome adalah kumpulan gejala-gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Seseorang yang terinfeksi HIV secara fisik tidak ada bedanya dengan orang yang tidak terinfeksi. Hampir tidak ada gejala yang muncul pada awal terinfeksi HIV. Tetapi ketika berkembang menjadi AIDS, maka orang tersebut perlahan-lahan akan kehilangan kekebalan tubuhnya sehingga mudah terserang penyakit dan tubuh akan melemah.
Obat-obatan yang ada pada saat ini, belum mampu untuk menjanjikan suatu kesembuhan yang pasti.
HIV ditemukan oleh Dr. Luc Montaigner dan kawan-kawan dari Institute Pasteur Perancis. Mereka berhasil mengisolasi virus penyebab AIDS ini dengan mengisolasi virus dari kelenjar getah bening dalam tubuh ODHA (Orang Dengan HIV dan AIDS) yang membengkak. Kemudian pada bulan Juli 1994 Dr. Robert Gallo dari Lembaga Kanker Nasional di Amerika Serikat menyatakan bahwa dia menemukan virus baru dari seorang penderita AIDS yang diberi nama HTLV-III Kemudian llmuwan lainnya, J. Levy juga menemukan virus penyebab AIDS yang ia namakan AIDS Related Virus yang disingkat ARV. Akhir Mei 1986 Komisi Taksonomi International sepakat menyebut nama virus AIDS ini dengan HIV. Akhirnya virus ini terus berkembang dengan nama HIV.
Tes HIV (ELISA dua kali) perlu disertai konseling sebelum dan sesudah tes dilakukan. Setiap orang beresiko tertular HIV-AIDS, baik tua maupun muda, kaya atau miskin, heteroseksual maupun homoseksual, terkenal maupun tidak terkenal. Resiko tertular HIV tidak berkaitan dengan siapa kita, tetapi apa yang kita lakukan.
HIV dapat ditularkan dengan cara :
1. Hubungan seksual tanpa pelindung dengan Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA).
2. Menggunakan benda tajam yang terkontaminasi oleh virus HIV, misalnya jarum suntik pada pengguna dan pecandu narkoba, alat pembuat tatto dan alat tindik, gunting kuku.
3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV.
4. Dari ibu ODHA kepada bayi yang dikandung dan disusuinya.
HIV tidak dapat ditularkan kepada orang lain melalui :
1) Bersalaman atau berpelukan.
2) Makanan dari piring yang pernah digunakan ODHA.
3) Batuk atau bersin ODHA.
4) Gigitan nyamuk.
5) Berenang ditempat berenang yang sama dengan ODHA.
Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan kita habis dan jumlah virus menjadi sangat banyak.
Tempat virus HIV berada
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain.
Gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS
Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi):
Gejala Mayor:
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologi
5. Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala MInor:
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h. Retinitis virus sitomegalo
Ada beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
Tahap 1: Periode Jendela
1. HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
2. Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
3. Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
4. Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan
Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
1. HIV berkembang biak dalam tubuh
2. Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
3. Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
4. Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
Tahap 3: HIV Positif (muncul gejala)
1. Sistem kekebalan tubuh semakin turun
2. Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
3. Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
Tahap 4: AIDS
1. Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah
2. berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah
Karena semua orang tanpa kecuali dapat tertular HIV apabila perilakunya sehari-hari termasuk dalam perilaku yang berisiko tinggi terpapar HIV, maka yang perlu dilakukan remaja antara lain:
· Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
· Mencari informasi yang lengkap dan benar yang berkaitan dengan HIV dan AIDS
· Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering dialami remaja dalam hal ini tentang masalah perilaku seksual dengan orang tua, guru, teman maupun orang yang memang paham mengenai hal ini.
· Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang dan jarum suntik,tattoo dan tindik
· Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang yang sudah terpapar HIV
· Menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab
8. Trikomoniasis Vaginalis
Infeksi pratozoa disebabkan Trikomonas vaginalis , Menyerang alat kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual.
Gejala danb tanda:
a. Vaginitis : karakteristik berupa sekret berwarna kuning kehijauan, berbau dan gatal pada vulva
b. Sering kencing & nyeri à keluhan pertama
c. Infeksi kelenjar skene pada perabaan akan terasa mengeras dan bila ditekan akan mengeluarkan nanah.
d. Pada Serviks : “Strawberry cervix”
Diagnosis : ditemukan trikomonas vaginalis pada sediaan langsung (sediaan basah) atau pada kultur sekret tubuh penderita.
Pengobatan: Obat pilihan : Metronidazol, Resisten metronidazol à obat lain seperti: nimorazol, tinidazol, ornidazol, seknidazol atau karnidazol.
Secara umum penanggulangan penyakit menular seksual dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Pengobatan dini yang efektif
Jangan mengobati IMS sendiri tanpa mengetahui penyakit apa yang menyerang kita (jenis IMS sangat banyak dan ada kemungkinan terjadi komplikasi), dibutuhkan tes untuk memastikan IMS yang diderita.
Jangan minum obat sembarangan. Obat IMS berbeda-beda, tergantung jenis IMS yang diderita
Jangan pergi berobat ke dukun atau tukang obat. Hanya dokter yang tahu persis kebutuhan obat untuk IMS yang diderita. Penggunaan herbal bisa dilakukan (sebaiknya) jika ada yang mengawasi/penanggungjawab.
2. Pendidikan dan komunikasi untuk mendorong masyarakat, agar berperilaku seksual yang aman dan sehat, membantu mereka yang beresiko tertular, mendorong mereka untuk mendapat pengobatan yang efektif.
Pencegahan IMS
Pencegahan penyebarluasan IMS hanya dapat dilakukan dengan cara :
- Anda jauhi seks, tidak melakukan hubungan seks (abstinensi), atau
- Bersikap saling setia, tidak berganti-ganti pasangan seks (monogami) dan saling setia, atau
- Tidak saling meminjamkan pisau cukur dan gunting kuku.
- Edukasi, embuskan informasi mengenai HIV/AIDS dan IMS kepada kawan-kawan Anda.
- Hindari berperilaku non-seks yang dapat menjadi ajang tertularnya penyakit ini. Misalnya berganti jarum suntik, gunting kuku, pisau cukur, dll
- Daftar Pustaka, Infeksi Menular Seksual (IMS) / Penyakit Menular Seksual (PMS). http://pisangkipas.wordpress.com. Diakses pada tanggal 02 Juni 2011, Sekilas Tentang PMS (Penyakit Menular Seksual). http://majalahkesehatan.com. Diakses pada tanggal 02 Juni 2011dr.Tedy Amirudin. Infeksi menular Seksual. bahan kuliah tidak diterbitkan. FK-Unismuh.Pinem,saroha.kesehatan reproduksi & kontrasepsi.
0 komentar:
Posting Komentar