About

Semoga Bermanfaat


Siapa tak kenal benda ini? Putih panjang dengan berbagai ukuran dan jika dibakar dan dihisap akan menimbulkan sensasi nikmat kata mereka yang mengonsumsinya.

Ya, rokok. Barang yang seharusnya mendapat izin pemerintah untuk dikonsumsi diatas usia 18 tahun, ternyata sudah banyak dinikmati bahkan akrab menemani mereka yang bahkan belum menginjak 18. Hal ini ternyata tak lepas dari peran iklan rokok yang banyak disajikan.

Menurut Sani B Hermawan seorang psikolog keluarga hal ini merupakan hal yang sulit. "Sulit, karena sebagian anak di Indonesia adalah perokok, karena influence peernya sangat kuat," ujarnya saat berbincang seusai acara Danone Nations Cup di The Ritz Carlton Jakarta dan ditulis pada Jumat (31/5/2013).

Sani mengatakan menjadi perokok di usia muda jelas karena adanya pengaruh lingkungan tanpa edukasi dan pengawasan yang ketat dari orangtua, guru dan pemerintah. Oleh sebab itu ia sangat berharap iklan-iklan rokok dibatasi untuk menekan pertumbuhan perokok anak dan remaja.

"Kalau iklan nggak dibatasi, maka sosialisasi rokok ke anak-anak juga semakin kuat arusnya," tegas Sani. Sampai saat ini diketahui jumlah perokok anak dan remaja terus meningkat, bahkan 97 juta warga Indonesia dan 43 juta anak-anak telah menjadi perokok aktif maupun pasif. Seperti yang dikutip dalam detikhealth, (31/5) Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) melakukan survei terhadap 10.000 anak usia SMP.

Hasilnya, 93 persen melihat iklan rokok di televisi, 50 persen melihat iklan di billboard, dan 38 persen melihatnya di acara musik yang disponsori rokok. Dari hasil tersebut, data dari Kemenkes menunjukkan bahwa 77 persen anak dan remaja terpengaruh untuk mencoba rokok.

"Kalau iklan tidak bisa di stop, lebih baik pendekatan pada orangtua untuk berdialog mengenai dampak buruk rokok dan how to say no," tegas Sani. Pengaruh lingkungan tentu sulit dibatasi dan memiliki dampak yang besar, namun dengan perhatian dan komunikasi yang tepat pada anak diharapkan jumlah perokok anak dan remaja tak lagi meningkat.

Sumber : http://health.detik.com/

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comments